Donald Trump : “Iran dan Israel Lelah dan Kehabisan Tenaga”

Alasan berakhirnya konflik militer antara Iran dan Israel

JURNALPLUS.COM, DEN HAAG – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka mengungkap alasan di balik berakhirnya konflik militer antara Iran dan Israel. Dalam pernyataan yang mengejutkan, Trump menyebut bahwa kedua negara “lelah dan kehabisan tenaga” setelah pertempuran sengit dalam beberapa pekan terakhir.

Pernyataan tersebut disampaikan Trump dalam konferensi pers seusai KTT NATO di Den Haag, Rabu (25/6/2025). Ia menegaskan bahwa konflik tidak hanya telah berakhir, tetapi juga tidak mungkin terjadi kembali dalam waktu dekat.

“Saya menangani keduanya, dan mereka berdua capai dan kelelahan. Mereka bertempur dengan sangat, sangat keras dan sangat kejam, dan mereka berdua merasa puas untuk pulang,” ujar Trump di hadapan media.

Gencatan Senjata Iran-Israel: Respons atas Serangan Besar

Gencatan senjata diumumkan setelah serangkaian eskalasi militer dramatis:

  • 13 Juni: Israel meluncurkan operasi militer besar terhadap Iran, menuding Teheran menjalankan program nuklir rahasia.

  • Malam yang sama: Iran membalas melalui Operasi True Promise 3, menghantam sejumlah target militer Israel.

  • 22 Juni: AS melakukan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Natanz, Fordo, dan Isfahan.

  • 23 Juni: Iran menembakkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar sebagai balasan.

Trump mengklaim, setelah serangan AS terhadap Iran, Teheran menyadari bahwa mereka tidak memiliki pilihan selain menghentikan pertempuran. Ia menambahkan bahwa tekanan dari AS memaksa Israel dan Iran untuk mengambil jalan damai, meski secara pribadi ia tidak mengesampingkan kemungkinan konflik kembali muncul.

“Saya pikir tanda paling jelas adalah ketika Israel mengerahkan 52 pesawat tempur, dan saya bilang: ‘Bawa mereka kembali.’ Dan mereka melakukannya. Mereka tidak melakukan apa pun,” kata Trump.

Trump: Konflik Bisa Kembali “Suatu Hari Nanti”

Meski menyambut baik gencatan senjata, Trump tidak sepenuhnya yakin kedamaian akan bertahan lama. Ia menyatakan bahwa masih ada potensi eskalasi di masa depan.

“Mungkin suatu hari nanti, mungkin segera… tapi untuk saat ini, mereka tidak saling membalas,” ujarnya.

Pernyataan ini memunculkan kekhawatiran bahwa perdamaian yang tercapai masih bersifat sementara, terlebih mengingat sejarah panjang permusuhan antara Iran dan Israel.

Konteks Politik dan Peran Amerika Serikat

Amerika Serikat memainkan peran penting dalam meredakan eskalasi militer tersebut. Setelah melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, Trump menggunakan posisi strategis AS untuk menekan kedua pihak agar menghentikan konflik.

Kritikus menyebut pendekatan Trump sebagai “diplomasi tekanan militer”, namun pendukungnya memuji keberhasilannya dalam mencegah pecahnya perang skala penuh di Timur Tengah.