Gudang Garam Tertekan, Industri Rokok Hadapi Tantangan Berat

JURNALPLUS.COM, KEDIRI — PT Gudang Garam Tbk, salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, mencatatkan kinerja keuangan yang tertekan sepanjang 2024. Laba bersih perseroan anjlok tajam hingga di bawah Rp1 triliun, atau turun lebih dari 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari Rp5 triliun.

Penurunan kinerja ini dipicu sejumlah faktor, terutama menyusutnya volume penjualan dan beban cukai yang semakin tinggi. Sepanjang tahun berjalan, volume penjualan rokok Gudang Garam turun dari 61 miliar batang menjadi 53 miliar batang. Penurunan sekitar 8 miliar batang ini berdampak signifikan terhadap pendapatan perusahaan.

  • “Kenaikan tarif cukai yang terus-menerus menekan industri,” ujar Bennix, pengamat industri dalam sebuah tayangan daring bertajuk Gudang Garam Terpuruk.

Ia menilai tekanan fiskal dari sisi regulasi telah membuat harga rokok naik signifikan dan menggerus daya beli konsumen.

Kementerian Keuangan tercatat telah menaikkan tarif cukai hasil tembakau hingga 67 persen dalam lima tahun terakhir. Saat ini, dari harga satu bungkus rokok yang dijual Rp40.000, hampir separuhnya diserap untuk membayar cukai.

Dampak ke Hulu Industri

Anjloknya penyerapan produk di pasar berdampak langsung pada rantai pasok, terutama di sektor hulu. Di Temanggung, Jawa Tengah, salah satu sentra produksi tembakau nasional, petani mengeluhkan berkurangnya permintaan dari pabrikan besar seperti Gudang Garam.

  • “Dulu kami bisa jual tembakau sampai Rp100.000 per kilogram, sekarang jatuh jadi Rp20.000. Gudang Garam juga sudah lama tidak ambil,” ujar Suparman (53), petani tembakau di Temanggung.

Menumpuknya stok tembakau di pasar membuat harga anjlok. Dalam situasi ini, produsen kecil dan pelaku usaha rokok ilegal justru tumbuh, memanfaatkan bahan baku murah dan menjual produk di luar jalur resmi.

Menurut pengamat, situasi ini menciptakan kompetisi yang tidak seimbang dan memukul produsen besar seperti Gudang Garam yang masih terikat pada skema cukai resmi dan standar kualitas produksi.

Tantangan Ke Depan

Meski belum memberikan pernyataan resmi terbaru, manajemen Gudang Garam disebut tengah mengevaluasi strategi produksi dan distribusi. Langkah efisiensi disebut menjadi opsi untuk menekan beban operasional.

Kondisi ini mencerminkan tantangan struktural yang dihadapi industri hasil tembakau nasional. Selain beban fiskal yang tinggi, sektor ini juga dihadapkan pada tekanan sosial dan regulasi yang terus berkembang.

Jika situasi berlanjut tanpa kebijakan yang seimbang, dikhawatirkan perusahaan-perusahaan rokok besar akan terus tergerus, yang pada akhirnya berdampak pada jutaan tenaga kerja di sektor ini, termasuk petani tembakau, buruh linting, dan pelaku distribusi di berbagai daerah.